MAKALAH IKHTIOLOGI
CHONDRICHTHYES DAN OSTEICHTHYES
Disusun
oleh
Anisa Rafika (14.101020.013)
Bela Pertiwi (14.101020.043)
Doni (12.101020.035)
M.Putra Kelana andi Purbaya (14.101020.027)
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
BORNEO TARAKAN
2014
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................
DAFTAR
ISI............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................
1.1. Latar
belakang.................................................................................. 2
1.2. Rumusan Masalah………………………......................................... 3
1.2.
Tujuan............................................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA.........................................................................
2.1. Pengertian Chondrichthyes................................... ............................ 4
2.2. Pengertian Osteichthyes.................................................................... 5
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN .....................................................................
3.1. ISI...................................................................................................... 5
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan......................................................................................... 16
5.2. Saran .................................................................................................. 16
DAFTAR
PUSAKA.................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan rasa terima kasih, penulis mengucapkan kepada ALLAH
SWT. Tuhan yang maha kuasa karena atas rahmat dan hidaya-nya sehingga makalah
iktiologi ini dapat dibuat dengan tepat waktu.
Dalam
penulisan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa pembuatan malakah ini belum sepenuhnya memenuhi syarat walaupun sudah diusahakan
semaksimal mungkin untuk menyempurnakannya. Untuk
itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan keritik yang bersifat membangun
baik dari sipembaca maupun masyarakat umum.
Penulis sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu penulis
mengucapkan permohonan maaf sebesar-besarnya. Untuk mencapai kesempurnaan
penulis mengharapkan keritik dan saran dari semua pihak demi menambah wawasan
tentang penulisan untuk
kedepannya lagi.
Demikian makalah ini disusun, semoga kiranya dapat bermanfaat kita semua, dan
muda-mudahan kita semua akan selalu tetap dalam lindungan Allah SWT, “Amin”
I.PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Ikan mendominasi kehidupan air seluruhnya di permukaan bumi, sangat beragam dalam adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah lakunya. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil di catat adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan akan berkembang mencapai 28.000 spesies. Sedangkan para ahli mengatakan bahwa habitat atau tempat dimana ikan itu berada sangat mempengaruhi bentuk tubuh, fungsi dan ciri dari masing-masing ikan tersebut. Makalah yang disusun ini mengenai tulang rawan pada ikan (Elasmobranchii) dan tulang sejati pada ikan (Osteischthyes).
Ikan mendominasi kehidupan air seluruhnya di permukaan bumi, sangat beragam dalam adaptasi morfologi, fisiologi, dan tingkah lakunya. Jumlah spesies ikan yang telah berhasil di catat adalah sekitar 21.000 spesies dan diperkirakan akan berkembang mencapai 28.000 spesies. Sedangkan para ahli mengatakan bahwa habitat atau tempat dimana ikan itu berada sangat mempengaruhi bentuk tubuh, fungsi dan ciri dari masing-masing ikan tersebut. Makalah yang disusun ini mengenai tulang rawan pada ikan (Elasmobranchii) dan tulang sejati pada ikan (Osteischthyes).
Didalam
ilmu ichthyologi mempelajari
tentang ilmu tulang pada ikan diantarannya adalah ikan yang
terdiri dari tulang sejati dan
terdiri dari tulang rawan.Seluruh rangka Elasmobranchii terdiri dari tulang
rawan, sedangkan Osteischthyes terdiri dari tualang sejati. Tulang Osteichthyes
awalanya terbentuk dari tulang rawan,kemudian materinya menjadi tulang sejati
dalam bentuk khusus melalui proses osifikasi. selain itu, dalam beberapa ikan,
modifikasi kerangka sirip mempercepat penempatan sperma ke dalam saluran
reproduksi betina. Ada yang membahas sistem rangka, yang terdiri dari tulang
sejati yang di bedakan menjadi tiga bagian yaitu rangka Axial, rangka Visceral
dan rangka Appendicular, dimana rangka yang dimiliki oleh ikan tersebut
mempunyai banyak fungsi bagi ikan tersebut diantaranya: untuk menegakkan tubuh,
menunjang dan menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh dan
berperan penting dalam pembentukkan butir darah. Dan aspek lain yang dipelajari
dalam ilmu ichtyologi ini adalah hipofisa ikan, dimana hipofisa ikan ini
merupakan salah satu ilmu dasar yang penting untuk diketahui dan dipelajari
oleh mereka yang berkecimpung dalam bidang perikanan. baik secara langsung maupun
tidak langsung. Karena hipofisa adalah organ yang penting pada ikan untuk
merangsang hormon reproduksi. Dalam kenyataannya pertumbuhan ikan dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah keturunan, ketahanan
tubuh terhadap penyakit dan kemampuan untuk memanfaatkan makanan, sedangkan
faktor eksternal adalah kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan bagi ikan.
Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk baik panjang maupun berat sesuai dengan
perubahan waktu. Dapat juga dijelaskan bahwa pertumbuhan pada ikan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, makanan, ruang, suhu dan beberapa
faktor lainnya. Secara tidak langsung faktor-faktor ini sangat mempengaruhi
bentuk dan kondisi rangka yang membangun tubuh ikan tersebut. Hal inilah yang
mendasari dilakukan pengamatan terhadap salah satu jenis ikan laut yang
dijadikan sebagai objek praktikum, yang dilihat dari beberapa aspek seperti:
bentuk tubuh, bagian luar tubuh, sistem integumen, sistem otot, linea
lateralis, jumlah sisik pada tubuh dan ukuran dari beberapa bagian dari tubuh
ikan tersebut yang dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang masalah di atas , permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu struktur
morfologi pada ikan yang tergolong pada kelas chondrichthyes dan kelas osteichthyes serta pada ikan apa saja
yang tergolong dalam kelas chondrichthyes dan dalam kelas osteichthyes
1.3. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini bertujuan untuk
1. mengetahui jenis-jenis ikan apa saja yang termasuk
dalam kelas chondrichthyes dan kelas osteichthyes
2.
Mempelajari
dan mengetahui struktur morfologi bentuk luar tubuh ikan elasmobranchi
(chondrichthyes) dan teleostei (osteichthyes).
3.
Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang jenis ikan yang termasuk
dalam tulang rawan dan tulang sejati
4.
Menambah informasi dalam dunia perikanan mengenai kelas-kelas pada ikan
yang tergolong dalam ikan yang bertulang rawan dan bertulang sejati
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan adalah hewan bertulang belakang
yang berdarah dingin, hidup di air, pergerakan dan keseimbangan tubuhnya
menggunakan sirip dan bernafas dengan insang. Kelas Pisces, Sub kelas
Teleostei, Ordo Perciformes, Family Cichlidae Genus Oreochromis dan Spesies Orechromis
mossambicus (SAANIN, 1984). Chondrichthyes atau ikan bertulang
rawan adalah ikan berahang,
mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang
dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati.
Mereka dibagi menjadi dua subkelas:Elasmobranchii (hiu,
pari dan skate) and Holocephali (kimera, kadang-kadang
disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas tersendiri).
Osteichthyes atau disebut juga Ikan bertulang
sejati adalah kelas dari anggota hewan
bertulang belakang yang merupakan subfilum dariPisces. Osteichthyes berasal
dari bahasa Yunani, yaitu osteon yang
berati tulang dan ichthyes yang berarti ikan. Hidup di laut,
rawa-rawa, atau air tawar. Rangka dari ikan
bertulang rawan yang hidup di air-air payau. Notokorda, yang ada pada
yang muda, lambat laun digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak
punya rusuk, maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari spesies besar
dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lentur.
Karena tidak memiliki sumsum tulang, sel darah
merah diproduksi di limpa dan jaringan khusus di kelaminnya.
mereka juga menghasilkan organ yang disebut Organ Leydig (penghasil sel darah
merah) yang hanya ditemukan pada ikan bertulang rawan, meski beberapa tidak
memilikinya. Organ unik lain adalah organ epigonal yang mungkin berperan dalam
sistem kekebalan. Subkelas Holocephali, grup yang sangat terspesialisasi, tidak
mempunyai kedua organ ini.Chondrichthyes terdiri dari Fossil hidup Seperti Hiu.
Semua jenis ikan yang termasuk dalam kelas
Osteichthyes memiliki sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral,
celah-celah pharyngeal tertutup (tidak terlihat dari luar) dan jantungnya hanya
memiliki satu ventrikel. [2] Jantung
beruang dua, darah berwarna pucat, mengandung eritrosit yang berinti dan
leukosit. Ikan ini juga mempunyai sistem limfa dan sistem porta renalis.
Mempunyai hati yang berkantong empedu. Lambung dipisahkan dari usus oleh sebuah
katup, mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas adanya pankreas. Terdapat gelembung
renang. Mempunyai gurat sisi, indra mata, telinga dalam dengan tiga saluran
semisirkulerdan memiliki otolit untuk keseimbangan. Bernapas dengan insang yang
memiliki tutup insang (operkulum). Ikan yang
termasuk dalam kelas chondrichthyes adalah ikan hiu dan ikan pari. Sedangkan
ikan yang termasuk ke dalam kelas osteichthyes diantaranya Ikan lele (Ameiurus
melas) Belut (Anguilla sp.), Ikan bader (Perca sp.), Kuda laut (Hippocampus
sp.), Salmon (Oncorhynchus
sp.), Sarden (Sardinops caerulea), Ikan paru (Noeceratodus sp.), Tuna (Scomber
scombrus), Ikan terbang (Cypselurus
sp.), Ikan mas (Carassius auratus), Ikan perak (Cymatogaster
aggregatus), Ikan bandeng, Ikan gurami.
III. ISI
PEMBAHASAN
Chondrichthyes atau ikan
bertulang rawan adalah ikan berahang,
mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang
dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati.
Mereka dibagi menjadi dua subkelas:Elasmobranchii (hiu,
pari dan skate) and Holocephali (kimera,
kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas
tersendiri). Dikenal empat kelas ikan dan vertebrata sejenis ikan, antara lain
kelas Agnatha atau vertebrata tidak berahang yang diwakili Ostrachodermi
(punah) dan yang masih ada adalah Cyclostoma (Lamprey danHagfish ),
ikan purba berahang kelas Placodermi (punah), kelas Chondrichthyes atau ikan
kartilago/tulang rawan (ikan hiu, pari dan chimaera) dan kelas Osteichthyes
atau ikan bertulang sejati.
Kelas
Chondrichthyes masuk dalam superkelas Gnathostomata. Vertebrata kelas
Chondrichthyes, hiu dan kerabatnya, disebut ikan bertulang rawan karena mereka
memiliki endoskeleton yang relatif lentur yang terbuat dari tulang rawan dan
bukan dari tulang keras. Namun demikian, pada sebagian besar spesies, beberapa
bagian kerangka diperkuat oleh butiran berkalsium. Terdapat sekitar 750 spesies
yang masih hidup dalam kelas ini. Rahang dan sirip-berpasangan berkembang
dengan baik pada ikan bertulang rawan. Subkelas yang paling besar dan paling
beranekaragam terdiri dari hiu dan ikan pari. Subkelas kedua terdiri atas
beberapa lusin spesies ikan yang tidak umum yang
disebut chimaera dan ratfish.
Ciri-ciri
dari Chondrichthyes diantaranya yaitu :
Rangka
tulang rawan; Kerangka bertulang rawan pada ikan-ikan kelas ini adalah
karakteristik yang diperoleh, bukan karakteristik primitif. Hal itu disebabkan
leluhur Chondrichthyes ternyata memiliki kerangka bertulang keras dan kerangka
bertulang rawan yang merupakan karakteristik kelas itu berkembang setelahnya.
Selama perkembangan sebagian besar vertebrata, mula-mula kerangka tersusun atas
tulang rawan, kemudian menjadi tulang keras (mengeras) seiring dengan mulai
digantinya matrik tulang rawan yag lunak dengan matrik kalsium fosfat yang
keras (Neil A. Campbell, 2003)
1. Ada
yg bersisik dan ada pula yang tidak
2. Celah
insang ada satu pasang, lima pasang dan tujuh pasang
3. Letak
celah insang lateral dan ventral
4. Mulut
terletak pada sisi ventral
5. Ada
yang mempunyai spirakulum dan ada yang tidak
6. Sirip
berpasangan
7. Tidak
memiliki gelembung udara
8. Lubang
hidung sepasang; Lubang hidung pada kelas chondrichtyes hanya berfungsi untuk
penciuman, dan untuk bernafas.
9. Jantung
beruang dua
Klasifikasi
Kelas Chondrichtyes
1.
Subkelas Elasmobranchi yang dibedakan atas:
a.
Ordo Squaliformes, contoh: Cirrhigaleus asper
b.
Ordo Rajiformes, contoh: Dasyatis brevicaudata, Aetobatus
narinari
2.
Subkelas Holecephali;
Ordo
Chimaeriformes, contoh: Hydrolagus colliei, Hydrolagus melanophasma
Ordo
Squaliformes mencakup semua jenis ikan hiu sedangkan ordo Rajiformes mencakup
jenis-jenis ikan pari. Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan
pari yaitu dalam hal letak celah insang, perlekatan sirip dada dan wujud dari
ekornya. Subkelas Holocephali mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan
tikus. Ikan ini tidak mirip dengan ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal bentuk
tubuh dan jumlah celah insangnya.
Morfologi
dan Fisiologi
Ikan
hiu dan ikan pari rahangnya bersendi pada tulang posterior atau pada elemen
hiomandibula dari lengkung insang ke-2. Gigi ikan hiu berkembang baik yang
membuatnya ditakuti organisme lain. Insang merupakan ciri sistem pernafasan
pada ikan. Secara embriologis, celah insang tumbuh sebagai hasil dari
serentetan evaginasi faring yang tumbuh keluar dan bertemu dengan invaginasi
dari luar. Terdapat variasi perlengkapan insang pada berbagai ikan. Ikan hiu
dan ikan pari memiliki 5-7 pasang celah insang ditambah pasangan celah anterior
non respirasi yang disebut spirakel. Ikan hiu ataupun ikan bertulang rawan pada
umumnya, tidak ditemukan struktur yang mirip paru-paru.
Ada
beberapa ikan hiu dan ikan pari yang mempunyai organ
luminesen. Bioluminesen adalah pancaran sinar oleh organisme, sebagai hasil
oksidasi dari berbagai substrat dalam memproduksi enzim. Susunan substratnya
disebut lusiferin dan enzim yang sangat sensitive sebagaikatalisator oksidasi
disebut lusiferase. Organ luminesen (organ yang mampu menghasilkan sinar)
ditemukan pada beberapa ikan hiu, ikan pari berlistrik (Benthobatis moresbyi)
dan beberapa ikan tulang keras khususnya yang tinggal di laut dalam. Adanya
organ yang memproduksi sinar ini dapat digunakan untuk menaksir kedalaman laut,
dimana ikan tersebut tinggal.
Berikut adalah ikan yang tergolong dalam kelas Chondrichtyes :
1. Ikan hiu (Carcharias
menissorah)
a. Morfologi
Ikan
hiu kecil (+ 1 m), memiliki banyak silindris, ujung lancip, kepala
pipih. Ada sirip median dorsal. Sirip kaudal heteroserkal. Yang berpasangan
adalah sirip pektoral dan sirip pelvik. Pada yang jantan, sirip kaudal itu
berubah menjadi klasper (organ untuk memeluk ikan hiu betina ketika
perkawinan). Mulut ventral. Lubang hidung dua buah, di sebelah ventral kepala.
Mata di sebelah lateral. Celah insang 5 buah, di belakang mata. Disebelah
dorsal depan mata ada spirakulum, yaitu peninggalan celah insang 5 buah, di
belakang mata. Di sebelah dorsal depan mata ada spirakulum, yaitu peninggalan
celah insang. Lubang kloaka di antara sirip pelvik. Tubuh tertutup dengan
sisik-sisik plakoid yang asalnya homolog dengan gigi (mesodermal dan
ektodermal). Seperti pada gigi, sisik placoid itu berisi dentin (mesodermal)
dan dilapisi dengan email (ektodermal) (Djarubito, 1989: h. 185).
b. Anatomi
Pada
pengamatan anatomi ikan hiu ditemukan adanya jantung yang termasuk sistem
sirkulasi, ginjal yang termasuk sistem ekskresi, kantung empedu, hati, lambung,
pankreas, dan anus yang termasuk sistem pencernaan ikan hiu.
c. Sistem
respirasi
Dengan
membuka dan menutup mulut ikan hiu menghalau air ke dalam mulut dan menekan
keluar dengan kekuatan (mulut menutup) melalui celah insang dan spiracle.
Insang tersusun atas filamen (lembaran-lembaran) yang banyak mengandung
pembuluh darah kapiler. Darah dari ventral aorta akan melalui kapiler tersebut
melepaskan CO2 dan mengikat oksigen yang larut dalam air(Jasin,
1984: h. 46).
d. Sistem
Pencernaan
Alat
pencernaan terdiri atas cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, cloaca,
dan anus. Di dalam cavum oris terdapat gigi pada rahang dan menghadap ke arah
belakang guna menahan mangsa yang akan di telan, lidah yang pipih pada dasar
cavum oris. Lambung berbentuk U dan pada bagian posterior terdapat otot daging
sphincter. Di dalam intestinum terdapat klep spiral yang membantu penyerapan makanan.
Hepar terdiri atas dua bagian menempati rongga sebelah anterior dan padanya
terdapat vesica felea (kantung empedu) ke dalam intestinum(Jasin, 1984: h. 44).
e. Sistem
sirkulasi
Jantung
hanya mempunyai satu atrium dorsal (aurikel) yang menerima darah dari sinus
venosus, dan satu ventrikel ventral yang memompa darah ke konus arteriosus.
Dari konus itu darah selanjutnya menuju aorta ventral yang lalu
bercabang-cabang menjadi 5 buah arteri brankial aferen, terus masuk ke dalam
insang(Djarubito, 1989: h. 186).
f. Sistem
Reproduksi
Fertilisasi
internal. Ikan hiu jantan mempunyai alat kopulasi yang disebut klasper
(penjepit). Yang betina mempunyai 2 ovarium di dekat ujung anterior kavum
abdominal. Telur yang masak melepaskan diri, menembus selaput ovarium, dan
masuk kedalam selom. Telur itu lalu ditarik masuk ke dalam ostium yang
membentuk corong, terus masuk oviduk. Ujung posterior oviduk itu masing-masing
membesar menjadi uterus. Dalam uterus embrio berkembang sampai menjadi ikan hiu
yang dapat berenang. Hiu jantan mempunyai 2 testes. Spermatozoa mencapai
saluran Wolff melalui vas eferen yang banyak jumlahnya. Saluran Wolff itu
berfungsi sebagai vas deferens(Djarubito, 1989: h. 189).
g. Habitat
Ikan hiu (Carcharias
menissorah) hidup di selurh perairan laut dan samudra di dunia. Hewan ini
biasanya melakukan migrasi kebeberapa tempat dengan melakukan perjalanan jauh,
hal ini dilakukan untuk mencari mangsa dan perkembangbiakannya.
h. Klasifikasi
Adapun
klasifikasi dari ikan hiu (Carcharias menissorah) adalah :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Chondrichthyes
Ordo :
Selachi
Famili :
Carchariadae
Genus :
Carcharias
Spesies :
Carcharias menissorah
2. Ikan
Pari (Trygon sephen)
a. Morfologi
Bentuk umum
ikan pari adalah pipih dengan ekor yang panjang, pada bagian dorsalnya terdapat
mata yang berdekatan dengan spiracle sebagai alat indera, pinna pectoralis pada
kedua sisi paling sudut dari tubuhnya, pinna pelvic yang berdekatan dengan
ekor, dan clasper yang berfungsi untuk memeluk ikan betina saat proses
perkawinan.
b. Anatomi
Bagian
anatomi yang nampak pada saat pembedahan ikan pari tersebut adalah mulut, hati,
empedu, pankreas, lambung, usus, dan anus yang termasuk ke dalam alat sistem
pencernaan, adapun jantung berperan sebagai sistem sirkulasi ikan pari.
c. Sistem
Respirasi
Ikan pari
melakukan respirasi dengan membuka dan menghalau air ke dalam mulut dan menekan
keluar dengan kekuatan menutup mulut melalui celah insang dan spiracle,
insangnya terdiri atas filamen yang banyak mengandung pembuluh darah, meliputi
Archus branchia, Filamen branchia, Gill rakers.
d. Sistem
Pencernaan
Alat
pencernaannya terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, usus, kloaka, dan
anus. Pada mulut terdapat rahang yang bergigi. Faring terbuka dan berhubungan
dengan 5 celah insang. Hepar terdiri dari 2 bagian menempati rongga sebelah
anterior dan ada kelenjar pankreas.
e. Sistem
Sirkulasi
Cor terdiri
atas sinus venosus yang berdinding agak tebal dilanjutkan oleh auriculum dan
ventriculum yang berdinding tebal. Kemudian bersambung dengan conus arteriosus
terus ke ventral aorta yang bercabang 5 pasang arteri afferent branchialis
mengambil O2 yang terdapat dalam gelembung udara yang ada
di dalam air. Kemudian melalui 4 pasang afferent branchialis darah masuk aorta
dorsalis yang menjulur memanjang sepasang pertengahan dorsalis dari rongga
coelom (Djarubito, 1989: h. 186).
f. Sistem
Reproduksi
Seks terpisah,
alat kelamin jantan berupa sepasang testis dan beberapa vasa eferensia yang
menuju vasa deferensia. Saluran itu terbentang di bawah ginjal dan berakhir
pada papilae urogenitalia. Alat kelamin betina terdiri dari sebuah ovarium yang
menggantung di sebelah dorsal dengan satu membran dan dua buah oviduk yang
menjulur disepanjang tubuh(Jasin, 1984: h. 47).
g. Habitat
Ikan pari (Trygon
sephen) dapat ditemukan di laut. Ikan ini pada umumnya berenang disekitar
dasar laut dengan mulut terbuka untuk mencari makanan disekitarnya.
h. Klasifikasi
Adapun
klasifikasi dari ikan pari (Trygon sephen) adalah :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Chondrichthyes
Ordo :
Rajida
Famili :
Myliobatidae
Genus :
Trygon
Spesies : Trygon
sephen
Osteichthyes dalam bahasa yunani, osteon yang
berarti tulang sedangkan ichthys yang berarti ikan.
Osteichthyes hidup di air laut, air tawar dan juga rawa-rawa. Osteichthyes
memiliki ukuran tubuh yang beragam antara 1 cm-6 m. Osteichthyes adalah ikan
yang memiliki tulang sejati dengan endoskeleton yang mengandung matriks kalsium
fosfat yang keras. Kulit yang ditutupi oleh sisik bertipe ganoid, sikloid, atau
stenoid. namun ada juga yang tidak bersisik. Otot tubuh yang bersegmen-segmen.
Mulut berahang dengan gigi dan lidah. Osteichthyes bernapas dengan insang yang
ditutupi dengan operkulum (tutup insang). Osteichthyes mempunyai gelembung
renang dengan fungsi membantu pernapasan dan sebagai alat dalam hidrostatik,
yaitu menyesuaikan berat tubuh dengan kedalaman air. Darah yang memiliki warna
pucat dengan kandungan eritrosit berinti dan leukosit. Osteichthyes memiliki
limpa yang berwarna merah. Osteichthyes memiliki alat pencernaan yang lengkap
mulai dari mulut, faring, esofagus, lambung, usus dan anus. Antara lambung
dengan usus dipisahkan oleh katup. Osteichthyes mempunyai hati yang berukuran
besar dan kantong empedu. Osteichthyes memiliki pankreas yang tidak jelas
keberadaannya. Alat ekskresi yang berupa sepasang ginjal yang berwarna
kehitaman dan urine yang dikeluarkan melalui sinus urogenital. Alat indra yang
berupa mata, telinga, saku olfaktoris pada moncong dan gurat sisi yang
digunakan untuk mendeteksi adanya perubahan tekanan arus air. Alat kelamin
terletak terpisah. Umumnya bersifat ovipar dan fertilisasi internal, namun ada
juga vivipar dan fertilisasi ekternal. Contohnya pada ikan perak (Cymatogaster
aggregata). Pada saat ini terdapat sekitar 300.000 spesies
Osteichthyes yang teridentifikasi antara lain ikan mas koki (Carrasius
auratus), ikan terbang (Cypselurus sp), kuda laut (Hippocampus sp),
ikan lele (Ameiurus melas), ikan gabus (Channa striata), ikan
arwana (Osteoglassum bicirrhosum).
Ikan
bertulang sejati berbeda dengan ikan bertulang rawan dalam berbagai hal. Salah
satu perbedaannya ialah pada perkembangan paru-paru dan gelembung renang
sebagai suatu divertikulum dari usus bagian depan. Gelembung renang merupakan
alat hidrostatik, sedangkan paru-paru merupakan ciri khas dari tiga subclass
ikan bertulang sejati yaitu Crossoptreygii dan Brachyopterygii. Crossoptreygii
di dalamnya termasuk Rhipidistia yang sekarang telah musnah yang diduga
merupakan leluhur dari tetrapoda, dan ikan paru-paru sekarang. Pada subkelas
ketiga yaitu Actinopterygii divertikulum dari usus depan berkembang menjadi
gelembung renang yang mempunyai fungsi sebagai alat hidrosttik.
Kelas
Osteichthyes (Ikan Bertulang Sejati) memiliki ciri-ciri :
1. Kulit
ditutupi dengan sisik dermal yang pipih atau plat tulang, tapi kadang-kadang
tidak bersisik.
2. Rahang
merupakan struktur yang kompleks dibangun oleh sejumlah tulang sejati terutama
tulang dermal (unsur tulang rawan yang direduksi).
3. Pada
umumnya rangka terdiri atas tulang sejati, tapi tulang rawan terdapat pada
beberapa golongan (Coelacanthiformes dan Acipenseridae).
4. Ruang
insang ditutupi dengan tiga tulang dermal yang besar disebut operculum. Tiap
lengkung insang berfilamen (septum direduksi dan tidak melebihi panjang
filamen).
5. Paru-paru
atau gelembung renang berkembang sebagai penonjolan keluar dari saluran
pencernaan makanan.
Beberapa
jenis hewan yang hidup di dalam air sering disebut dengan “fishes” , Ilmu yang
mempelajari tentang hewan tersebut disebut Ichthyolog. Sering juga diberi nama
Pisces (bhs. Latin). Kelas penting pada hewan yang hidup di air adalah kelas
Agnatha (Lampreys dan Hagfishes), kelas Chondricthyes dan Kelas Osteichthyes.
Adapun
karakteristik pada ikan yaitu diantaranya :
1. Bentuk
tubuh panjang dan silindris pada daerah ekor.
2. Daerah
mulut terdapat pada ventro-anterior.
3. Terdapat
2 ginjal dengan saluran yang berhubungan dengan saluran urogenital.
4. Otak
berdiferensiasi dengan 10 pasang syaraf cranial.
5. Temperatur
tubuh bersifat poikilothermis.
6. Gonad tunggal,
besar, dan tanpa saluran. Sedangkan fertilisasi berlangsung secara eksternal.
7. Terdapat
insang yang merupakan susunan dari tulang kartilago.
Diantara
semua kelas vertebrata, ikan bertulang keras (Kelas Osteichthyes) adalah yang
paling banyak jumlahnya, baik dalam hal jumlah individu maupun dalam jumlah
spesies (sekitar 30.000). berukuran antara 1 cm dan lebih dari 6m, ikan
bertulang keras sangat melimpah di laut dan hampir setiap habitat air tawar.
Hampir
semua ikan bertulang keras memiliki endoskeleton dengan matriks kalsium fosfat
yang keras. Kulitnya seringkali tertutupi dengan sisik pipih bertulang yang
berbeda strukturnya dari sisik berbebtuk gigi pada hiu. Kelenjar pada kulit
ikan bertulang keras, menekresikan mukus yang memberikn hewan itu kulit licin
yang khas, suatu adaptasi yang mengurangi gesekan selama berenang sama dengan
hiu, ikan bertulang memiliki sistem gurat sisi yang tampak jelas sekali sebagai
barisan saluran kecil pada kulit disetiap sisi tubuh.
Ikan
bertulang keras bernafas melewatkan air melalui empat atau lima pasang insang
Air disedot ke dalam mulut, melalui faring, dan keluar diantara celah insang
karena pergerakan operkulum dan kontraksi otot yang mengelilingi ruang insang
tersebut. yang terletak di dalam ruangan-ruangan yang tertutup oleh suatu
penutup pelindung yang disebut operkulum. Proses ini memungkinkan seekor ikan
bertulang untuk bernafas saat diam atau tidur. Adaptasi lain dari sebagian
besar ikan bertulang keras yang tidak ditemukan pada hiu adalah gelembung
renang suatu kantung udara yang membantu mengontrol pengambangan
ikan tersebut. Perpindahan gas-gas antara kantung renang dan darah mengubah
volume kantong itu dan menyesuaikan kerapatan ikan. Akibatnya, banyak ikan
bertulang keras, berlawanan dengan sebagian besar hiu, dapat menghemat energi
dengan cara tidak bergerak.
Ikan
bertulang keras umumnya adalah perenang yang dapat mengontrol arah, siripnya
yang lentur lebih sesuai untuk pengendalian dan pendorongan dibandingkan dengan
sirip hiu yang lebih kaku. Ikan bertulang keras yang paling cepat, yang dapat
berenang dalam jarak pendek dengan kecepatan mencapai 80 km/jam, memiliki
bentuk badan dasar yang sama dengan hiu. Ternyata, bentuk tubuh ini yang
disebut fusiform (yang meruncing pada kedua ujung), sangat umum ditemukan pada
semua ikan perenang cepat dan mamailia air seperti anjing laut dan paus. Air
kurang lebih ribuan kali lebih rapat dibandingkan dengan udara dan dengan
demikian tonjolan sedikit saja yang menyebabkan gesekan akan lebih mengganggu
pada ikan dibandingkan pada burung. Terlepas dari asal usul mereka yang
berbeda, kita seharusnya memperkirakan bahwa ikan perenang cepat da mamalia
laut memiliki bentuk yang langsing karena hukum hidrodinamika bersifat
universal. Inilah contoh lain evolusi kovergen.
Rincian
mengenai reproduksi ikan bertulang keras sangat bervariasi. Sebagian besar
spesies adalah hewan ovivar, yang bereproduksi dengan fertilisasi eksternal
setelah betina melepaskan sejumlah besar telur kecil. Namun demikian,
fertilisasi internal dan kelahiran merupakan karakteristik spesies yang lain.
Baik
ikan bertulang rawan maupun ikan bertulang keras menjadi sangat beranekaragam
selama masa Devon dan Karboniferus, tetapi jika hiu pertama kali muncul dilaut,
ikan bertulang keras muncul pertama kali di air tawar. Gelembung renang telah
termodifikasi dari paru-paru sederhana yang telah membantu memperbesar
pertukaran gas pada insang, mungkin di dalam kolam atau rawa yang tenang dengan
kandungan oksigen yang rendah. Kedua kelompok utama (subclass) ikan bertulang
keras yang ada saat ini telah memisah di akhir masa Devon.
Perbedaan antara Chondrichthyes
dan Osteichthyes terletak pada penyusunnya. Adapun perbedaan diantara keduanya
adalah :
1. Chondrichtyes memiliki kerangka dari
tulang rawan sedangkan Osteichthyes memiliki kerangka dengan tulang keras.
2.
Chondrichtyes tidak memiliki tutup insang
(operculum) sedangkan pada Osteichthyes sudah memiliki tutup insang
(operculum).
3.
Chondrichtyes memiliki sisik dengan tipe
sisik plakoid sedangkan pada Osteichthyes memiliki sisik dengan tipe sisik
sikloid.
4.
Pada chondrichtyes terjadi fertiliasi
secara internal, bersifat vivipar dan ovovivipar sedangkan pada Osteichthyes
terjadi fertilisasi secara eksternal (di luar tubuh) dan bersifat ovipar.
5.
Chondrichtyes memiliki usus yang
pendek dan lebar berisi membran ulir untuk menyerap makanan lebih lama
sedangkan pada Osteichthyes ususnya panjang dan ramping menggulung.
6.
Chondrichtyes
cenderung hidup di air laut sedangkan Osteichthyes hidupnya di air.
III. PENUTUP
3.1. kesimpulan
Ikan
adalah hewan bertulang belakang yang berdarah dingin, hidup di air, pergerakan
dan keseimbangan tubuhnya menggunakan sirip dan bernafas dengan insang. Kelas
Pisces, Sub kelas Teleostei, Ordo Perciformes, Family Cichlidae Genus
Oreochromis dan Spesies Orechromis mossambicus (SAANIN, 1984). Chondrichthyes atau ikan
bertulang rawan adalah ikan berahang,
mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang
dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati.
Mereka dibagi menjadi dua subkelas:Elasmobranchii (hiu,
pari dan skate) and Holocephali (kimera,
kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas
tersendiri). Osteichthyes atau
disebut juga Ikan bertulang sejati adalah kelas dari
anggota hewan bertulang
belakang yang merupakan subfilum dariPisces. Osteichthyes berasal
dari bahasa Yunani,
yaitu osteon yang berati tulang dan ichthyes yang berarti
ikan. Hidup di laut, rawa-rawa, atau air tawar. Rangka dari ikan bertulang rawan yang hidup di air-air payau.
3.2. Saran
Makalah yang kelompok kami buat masih jauh dari kata
sempurna maka dari itu penulis menyarankan agar pembaca selalu terus mencari
informasi mengenai isi dari makalah ini. Saran yang membangun sangat dibutuhkan
oleh penulis agar penulis kedepannya lebih baik guna untuk diri kita maupun
bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dari Kasman
Ø Sebutkan contoh ikan yang termasuk dalam ikan tulang
sejati ?
2. Dari Prili Prismayanti
Ø Jelaskan tentang Sistem
Digestoria
(Sistem Pencernaan), Muscularia
(Sistem Otot), dan Sistem Skeleton ( Sistem Rangka )
Ø Apakah insang ikan berbeda-beda pada kedalaman yang
berbeda-beda juga ?
JAWABAN
1. Contoh ikan yang bertulang sejati
Ø Ikan lele (Ameiurus melas) Belut (Anguilla sp.), Ikan
bader (Perca sp.), Kuda laut (Hippocampus sp.), Salmon (Oncorhynchus sp.), Sarden (Sardinops caerulea), Ikan
paru (Noeceratodus sp.), Tuna (Scomber scombrus), Ikan terbang (Cypselurus sp.), Ikan mas (Carassius auratus), Ikan
perak (Cymatogaster aggregatus), Ikan bandeng, Ikan gurami.
2. Sistem digestoria, Muscularia,
dan skeleton
A. Sistem Digestoria (Sistem Pencernaan)
Menurut
Rahardjo (1985), sistem digestoria meliputi 2 bagian yaitu pencernaan dan
kelenjar pencernaan.
1. Pencernaan
Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri
dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan
anus.
a. Mulut
Bagian terdepan
dari mulut adalah bibir, pada ikan-ikan tertentu bibir tidak berkembng dan
malahan hilang secara total karena digantikan oleh paruh atau rahang (ikan
famili scaridae, diodotidae, tetraodontidae). Pada ikan belanak atau tambakan,
bibir berkembang dengan baik dan menebal, bahkan mulutnya dapat disembulkan.
Keberadaan bibir berkaitan erat dengan cara mendapatkan makanan. Di sekitar
bibir pada ikan tertentu terdapat sungut, yang berperan sebagai alat peraba.
Mulut terletak di ujung hidung dan juga terletak di atas hidung (Rahardjo, 1985).
b. Rongga mulut
Di bagian
belakan mulut terdapat ruang yang disebut rongga mulut. Rongga mulut ini
berhubungan langsung dengan segmen faring. Secara anatomis organ yang terdapata
pada rongga mulut adalah gigi, lidah dan organ palatin. Permukaan rongga mulut
diselaputi oleh lapisan sel permukaan (epitelium) yang berlapis. Pada lapisan
permukaan terdapat sel-sel penghasil lendir (mukosit) untuk mempermudah
masuknya makanan. Disamping mukosit, di bagian mulut juga terdapat organ
pengecap (organ penerima rasa) yang berfungsi menyeleksi makanan
c. Farings
Lapisan
permukaan faring hampir sama dengan rongga mlut, masih ditemukan organ
pengecap, Sebagai tempat proses penyaringan makanan.
d. Esofagus
Permulaan dari
saluran pencernaan yang berbentuk seperti pipa, mengandung lendir untuk
membantu penelanan makanan. Pada ikan laut, esofagus berperan dalam penyerapan
garam melalui difusi pasif menyebabkan konsentrasi garam air laut yang diminum
akan menurun ketika berada di lambung dan usus sehingga memudahkan penyerapan air
oleh usus belakang dan rectum (proses osmoregulasi)
e. Lambung
Lambung
merupakan segmen pencernaan yang diameternya relatif lebih besar bila
dibandingkan dengan organ pencernaan yang lain. Besarnya ukuran lambung
berkaitan dengan fungsinya sebagai penampung makanan. Seluruh permukaan lambung
ditutupi oleh sel mukus yang mengandung mukopolisakarida yang agak asam
berfungsi sebagai pelindung dinding lambung dari kerja asam klorida. Sebagai
penampung makanan dan mencerna makanan secara kimiawi. Pada ikan-ikan herbivora
terdapat gizard (lambung khusus) berfungsi untuk menggerus makanan (pencernaan
secara fisik).
f. Pilorus
Pilorus
merupakan segmen yang terletak antara lambung dan usus depan. Segmen ini sangat
mencolok karena ukurannya yang mengecil/menyempit.
g. Usus (
intestinum)
Merupakan
segmen yang terpanjang dari saluran pencernaan. Intestinum berakhir dan
bermuara keluar sebagai anus. Merupakan tempat terjadinya proses penyerapan zat
makanan
h. Rektum
Rektum
merupakan segmen saluran pencernaan yang terujung. Secara anatomis sulit
dibedakan batas antara usus dengan rektum. Namun secara histologis batas antara
kedua segmen tersebut dapat dibedakan dengan adanya katup rektum.
i. Kloaka
Kloaka adalah
ruang tempat bermuaranya saluran pencernaan dan saluran urogenital. Ikan
bertulang sejati tidak memiliki kolaka, sedangkan ikan bertulang rawan memiliki
organ tersebut.
j. Anus
Anus merupakan
ujung dari saluran pencernaan. Pada ikan bertulang sejati anus terletak di
sebelah depan saluran genital. Pada ikan yang bentuk tubuhnya memanjang, anus
terletak jauh dibelakang kepala bedekatan dengan pangkal ekor. Sedangkan ikan
yang tubuhnya membundar, posisi anus terletak jauh di depan pangkal ekor
mendekati sirip dada.(Rahardjo,
1980).
2.
Kelenjar Pencernaan
Kelenjar pencernaan berguna untuk
menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses
penghancuran makanan. Enzim pencernaan yang dihasilkan oleh ikan buas juga
berbeda dengan ikan vegetaris. Ikan buas pada umumnya menghasilkan enzim-enzim
pemecah protein, sedangkan ikan vegetaris menghasilkan enzim-enzim pemecah
karbohidrat. Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Disamping itu,
saluran pencernaannya (lambung dan usus) juga berfungsi sebagai kelenjar
pencernaan.
Hati meupakan organ penting yang
mensekresikan bahan untuk proses pencernaan. Organ ini umumnya merupakan suatu
kelenjar yang kompak, berwarna merah kecokelatan. Posisi hati terletak pada
rongga tubuh bagian bawah, di belakang jantung dan disekitar usus depan. Di
sekitar hati terdapat organ berbentuk kantong kecil, bulat, oval atau memanjang
dan berwarna hijau kebiruan, organ ini dinamakan kantung empedu yang fungsinya
untuk menampung cairan empedu yang disekresikan oleh organ hati. Secara umum
hati berfungsi sebagi tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta tempat
memproduksi cairan empedu (Rahardjo, 1985).
Pankreas merupakan organ yang
mensekresikan bahan (enzim) yang berperan dalam proses pencernaan. Pankreas ada
yang berbentuk kompak dan ada yang diffus (menyebar) di antara sel hati. Letak
penkreas berdekatan dengan usus depan sebab saluran pankreatik bermuara ke usus
depan. Saluran pankreatik yaitu saluran-saluran kecil yang bergabung satu sama
lain dan pada akhirnya akan terbentuk saluran yang keluar dari pankreas menuju
usus depan
(Rahardjo, 1985).
B. Sistem Muscularia
(Sistem Otot)
Pada umumnya otot ikan mempunyai otot utama, yaitu otot
polos, otot jantung, dan otot rangka (otot skeletal). Jika ditinjau dari
sifatnya ada yang bersifat voluntary yaitu otot yang sifatnya dipengaruhi oleh
kemauan syaraf sadar dan involuntary yaitu otot yang sifatnya tidak dipengaruhi
oleh kemauan syaraf sadar (Rahardjo, 1985).
Otot
ikan dibagi menjadi 3 yaitu :
a.
Otot Rangka
Susunan otot rangka
pada badan mempunyai sifat kokoh dan berfungsi membentuk tubuh dan bergerak.
Berkas-berkas otot badan bagian lateral (myomore), akan nam¬pak sebagai daging
jika ikan dikuliti atau dipotong se¬cara melintang. Myomore diikat oleh suatu
bagian yang merupakan bagian otot yang tipis (membraneous) yang di¬sebut
myocoma (Rahardjo, 1985).
b.
Otot Jantung
Tersusun atas otot
dan jaringan-jaringan pengikat, otot jantung berwarna merah gelap. Hal ini
berbeda dengan otot bagian badan yang biasanya berwarna coklat. Susu¬nan otot
jantung (mycocardium) dibungkus oleh sesuatu selaput, yaitu bagian luar disebut
pericardium dan ba¬gian dalam disebut endocardium. Sifat otot ini involun¬tary
(tidak dipengaruhi saraf sadar) (Rahardjo, 1985).
c.
Otot Polos
Otot yang mempunyai
sifat involuntary ini terdapat bebe¬rapa bagian organ, antara lain, saluran
pencernaan, gelembung renang, saluran reproduksi dan ekskresi, mata dan
sebagainya (Djuanda, 1981).
C. Sistem Skeleton
(Sistem Rangka)
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang
atau menyokong organ-organ tubuh, melindungi organ-organ tubuh ikan dan
berfungsi pula dalam pembentukkan butir darah merah (Rahardjo, 1985).
Rangka
pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang organ tubuh, melindungi
organ tubuh, dan menunjang pembentukan butiran darah merah (Sugiri, 1992).
Menurut
Rahardjo (1985), Rangka pada ikan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Rangka
axial, terdiri dari :
a.
Tulang
tengkorak
Secara umum
perkembangannya berasal dari tiga
sumber, yaitu :
·
Dermocranium, yaitu tulang tengkorak yang asalnya dibuat dari sisik yang berfungsi
sebagai dermis.
·
Chondrocranium, yaitu pembungkus otak yang berasal dari tulang rawan.
·
Splanchnocranium, yaitu tulang tengkorak yang berasal dari rangka
penyokong lengkung insang.
Umumnya tulang - tulang dermal membentuk
atap tengkorak. Sepasang tulang parietal terletak didaerah atap tengkorak
paling belakang. Sepasang tulang frontal
yang merupakan keeping dermal yang luas berkembang tepat didepan tulang
parietal. Sepasang tulang nasal yang bentuknya memanjang dan terletak diantara
dua lubang hidung. Beberapa tulang dermal
yang terdapat pada tulang- tulang tersebut yaitu post frontal,
prefrontal, postnarietal, dan masih banyak lagi. Sepasang tulang lacrimal
terdapat pada bagian anterior sisik tengkorak .Pada bagian telinga terdapat
pada tulang squamosal, yang merupakan tulang dermal. Rahang atas terdiri dari
tulang maxilla dan premaxila.Permaxilla
dan maxilla pada beberapa ikan terutama ikan buas, seringkali dilengkapi dengan gigi-gigi. Tulang dermal yang
terdapat pada langit-langit mulut ialah prevomer, endopterygoid,
ectopterygoid, palatine (masing-masing terdiri atas satu pasang) dan pharaspenoid (satu buah). Tulang dermal yang
terdapat pada rahang bawah ialah dentary, splenial, angular dan
articular. Tulang dentary yang dilengkapi deangan gigi-gigi. Tulang punggung
dan tulang rusuk. Secara emnbriologik,
tulang punggung berkebang dari sceletome yang terdapat pada sekeliling
notochorda dan batang saraf,tiap-tiap pasang sceletome berkembangmenjadi
empat pasang rawan yang dinamakan arcualia (Rahardjo, 1985).
Dua
pasang arcuale terletak diatas notochorda,
Bagian depan disebut basidorsal yang akan berkembang menjadi lengkungneural
dan bagian belakang dinamakan interdorsal. Dua pasang arcuela lagi terdapat
pada bagian bawah notochorda yang
didepan dinamakan basiventral yang berkembangmenjadi lengkung haimal, sedangkan bagian belangkang interventral.
Interventral daninterdorsal pada conricthye berkembang menjadi kuping
intercalary yang terdapat pada ruas tulang punggung. Jadi ruas tulang punggung dibentuk oleh arcualia
yang mengadakan invasi mengelilingi notochorda. Berdasarkan
pembentukannya, terdapat dua macam tulang punggung yang monospondyly dan
diplospondyly. Tulang punggung yang monospondyly
dibentuk dari persatuan interdorsal dan interventral suatu somite dengan basidorsal
dan basiventral somite dibelakangnya (Rahardjo, 1985).
b.
Tulang
punggung dan tulang rusuk
Secara embriotik tulang punggung berkembang menjadi
scelerotome yang terdapat pada sekeliling notochondria dan batang saraf. Tiap
pasang scelerotome berkembang menjadi
empat pasang tulang rawan yang dinamakan areulia.
Tulang punggung badan dan tulang punggung ekor. Tiap-tiap ruas di daerah badan
dilengkapi dengan sepasang tulang rusuk kiri dan kanan untuk melindungi organ
dalam rongga badan (Rahardjo, 1985).
2.
Rangka
visceral
Rangka ini terdiri dari struktur
tulang yang menyokong insang dan mengelilingi pharynk. Struktur ini terdiri
dari tujuh lengkung tulang insang. Dua lengkung insang yang pertama menjadi
bagian dari tulang tengkorak, sedangkan yang lainnya berfungsi sebagai
penyokong insang(Rahardjo,
1985).
3.
Rangka
apendikular
Rangka apendikular adalah tulang penyokong sirip dan
pelekatnya. Pada ikan terdapat lima macam sirip, yaitu sirip tunggal (sirip
punggung, sirip ekor, dan sirip dubur) dan sirip berpasangan (sirip dada dan
sirip perut) (Rahardjo, 1985).
Sistem skeleton merupakan sistem tulang
rangka. Secara embriologi, tulang
punggung berkembang dari scerotome yang terdapat di sekeliling notochord
dan batang saraf. Tulang punggung di daerah badan (abdominal) dibentuk
bersamaan dengan tulang di daerah ekor (caudal). Tiap ruas tulang di
daerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk (pleural rib) kiri
dan kanan yang berfungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di dalam rongga
badan. Pada batang ekor bagian bawah
terdapat satu cucuk hemal (hemal spine) dan pada bagian atas terdapat
cucuk neural (neural spine) (Rahadjo, 1980).
3. Perbedaan insang pada ikan di
tiap-tiap kedalaman
Ø Berdasarkan tingkat kedalaman laut
terbagi atas empat bagian yaitu zona Lithoral, zona Neritik, zona Batial, zona
Abisal. Tiap-tiap kedalaman laut pasti berbeda-beda ikan yang menghuninya
begitu juga insang pada ikan pasti berbeda-beda pada tiap kedalaman. Sebagai
contoh ikan julung-julung yang menghuni pada permukaan perairan akan kekurangan
oksigen bila ikan tersebut berpindah pada perairan dasar laut, dan Oleh karna
itu ikan yang hidup didasar laut dapat alat bantu pernafasan seperti labirin.Jadi intinya pada tiap-tiap kedalaman
air laut yang dihuni oleh berbeda-beda spesies ikan, maka insang yang ada pada
ikan juga pasti berbeda pada tiap-tiap kedalaman ikan.